Sering sekali aku mengikuti beberapa
forum yang diisi oleh senior atau sejawat. Diskusi-diskusi yang terjadi
seringkali menjadi hal yang berisi penawaran sesuatu yang terkesan
meragukan. Mengapa? Seringkali aku mendapati perkataan “mungkin” dalam
jumlah yang banyak. Terkadang argumen yang dibangun pun tidak lepas dari
mungkin, bahkan hal yang sebenarnya sudah jelas pun masih diikuti
dengan kata “mungkin”.
Ada apa dengan “mungkin”? Tiba-tiba aku
tertarik untuk mengupas kata ini. Karena kebanyakan hari ini teman-teman
yang terlibat dalam dunia keaktivisan dan keorganisasian menjadikan
kata ”mungkin” secara dominan dalam beberapa komunikasi seperti
klarifikasi dan negosiasi. Apa dampaknya?
Jika “mungkin” sering diucapkan dalam
berbagai forum klarifikatif, misalnya sebagai pembicara atau diskusi
panel, maka akan timbul kesan pada pengucapnya seperti spekulan atau
orang yang tidak meyakinkan kapabilitas keilmuannya. Sehingga terkadang
akan menurunkan kepercayaan orang yang berkomunikasi dengannya. Terlebih
jika ini dalam forum kajian atau sebuah sesi berbagi. Maka solusinya
adalah banyak membaca atau bawalah catatan kecil yang berisi referensi
sumber-sumber penguat argumentasinya. Dengan demikian, penggunaan kata
“mungkin” dapat ditekan dan memberi kesan lebih meyakinkan dalam
berkomunikasi dengan orang-orang yang punya kepentingan.
Selanjutnya, jika “mungkin” sering dipakai dalam kosakata negosiasi, maka boleh jadi semua rencana negosiasi baik dalam kerja sama terlebih mengajukan permohonan akan mengalami kegagalan. Sehingga kebiasaan itu akan menurunkan tingkat kepercayaan orang yang sering interaksi atau mempunyai kepentingan yang sama. Maka solusinya adalah perbanyak persiapan dan tampunglah berbagai masukan dari teman-teman.
Selanjutnya, jika “mungkin” sering dipakai dalam kosakata negosiasi, maka boleh jadi semua rencana negosiasi baik dalam kerja sama terlebih mengajukan permohonan akan mengalami kegagalan. Sehingga kebiasaan itu akan menurunkan tingkat kepercayaan orang yang sering interaksi atau mempunyai kepentingan yang sama. Maka solusinya adalah perbanyak persiapan dan tampunglah berbagai masukan dari teman-teman.
Dan mengapa “mungkin” sering terucap?
Boleh jadi kita belum melakukan atau mengetahui pengalaman bagaimana
menjaga kepentingan yang sudah ada. Dengan banyaknya pengalaman dan
akses informasi yang cukup, semoga produktivitas berkarya semakin
meningkat. Mari tinggalkan kebiasaan untuk sering berkata mungkin ketika
berkomunikasi dengan orang lain. Terlebih jika nanti sudah menjadi
ustadz, jika kita berkata “mungkin” ini benar dan itu salah. Kalau
ketemu taqlider, kita bakal jadi penanggung dosa-dosanya mereka saat
mereka hanya mengangguk dan mengikut. Mau begitu?
Semoga Kutipan Diatas bermanffaat dan jangan lupa tinggalkan KOMENTAR
0 komentar:
Posting Komentar
SHARE YOUR MIND !
Pengunjung yang Baik Selalu Meninggalkan Komentarnya ...
Harap Berkomentar dengan Sopan dan Baik ..
No Live Link Bagi siapa yang berkomentar live Link langsung Saya Hapus..
Jika Ingin Menggunakan emotion dibawah Klik dan Copy Paste simbolnya ..
terima Kasih!